KOS ( Kanisakh Ortodoks
Syiria ) merupakan salah satu sekte aliran kristen yang ajarannya sangat persis
dengan Islam dari cara berpakaiannya yang memakai peci/kopiah, baju koko,
sajadah dan juga jilbab.
Awal Kelahirannya sejarah menyebutkan, paham ortodoks lahir
dari perselisihan antara Gereja Alexandria, Gereja Roma, dan Kaisar Konstantin.
Puncaknya, pada masa Kaisar Bizantium Marqilanus (450-458 M) seabad lebih
sebelum Nabi Muhammad lahir di Mekkah (571). Kala itu, tepatnya pada tahun 451,
diadakan Majma Khalkaduniyah (Konsili Kalkedonia) dalam hal ketuhanan. Buntut
dari konsili ini menimbulkan perpecahan di antara gereja-gereja yang sulit
disatukan kembali.
Nah, rupanya, sejak inilah umat Kristen terpecah menjadi dua. Di satu pihak berpusat di Roma dan Bizantium, dipimpin Bapa Laon (440-461). Kelompok ini mengakui, al-Masih mempunyai dua sifat: Tuhan dan manusia. Kelompok ini kemudian lebih dikenal dengan Kristen dan Katholik.
Di pihak lain, berpusat di Alexandria dan Antakia di bawah pimpinan Bapa Disqures (444-454 Masehi). Kelompok ini berpegang kuat pada sifat tunggal bagi al-Masih. Mereka tidak setuju dengan aliran Kristen yang mengakui sifat Tuhan sekaligus manusia. Kelompok inilah yang kemudian dikenal dengan kelompok ortodoks. Nama 'ortodoks' dipakai karena berarti: menganut ajaran agama yang dianggap benar, yang asli. Karena itu, penganut ortodoks mencoba untuk hidup secara lurus, sesuai dengan tuntutan awal dari kelahiran agamanya.
Penganut ortodoks sendiri terdiri atas beberapa toifah (komunitas berdasarkan kesamaan kultur, tradisi, bahasa, dan bangsa). Karenanya ada toifah Koptik, Syrian, Armenian, dan Habasah. Sedang 'aqidahnya' sama.
Nah, rupanya, sejak inilah umat Kristen terpecah menjadi dua. Di satu pihak berpusat di Roma dan Bizantium, dipimpin Bapa Laon (440-461). Kelompok ini mengakui, al-Masih mempunyai dua sifat: Tuhan dan manusia. Kelompok ini kemudian lebih dikenal dengan Kristen dan Katholik.
Di pihak lain, berpusat di Alexandria dan Antakia di bawah pimpinan Bapa Disqures (444-454 Masehi). Kelompok ini berpegang kuat pada sifat tunggal bagi al-Masih. Mereka tidak setuju dengan aliran Kristen yang mengakui sifat Tuhan sekaligus manusia. Kelompok inilah yang kemudian dikenal dengan kelompok ortodoks. Nama 'ortodoks' dipakai karena berarti: menganut ajaran agama yang dianggap benar, yang asli. Karena itu, penganut ortodoks mencoba untuk hidup secara lurus, sesuai dengan tuntutan awal dari kelahiran agamanya.
Penganut ortodoks sendiri terdiri atas beberapa toifah (komunitas berdasarkan kesamaan kultur, tradisi, bahasa, dan bangsa). Karenanya ada toifah Koptik, Syrian, Armenian, dan Habasah. Sedang 'aqidahnya' sama.
Kanisah Ortodoks Syria (KOS) mengklaim punya bukti sejarah,
bahwa Injil yang pertama berbahasa Arab Syria. Menurut mereka, bahwa al-Masih
&emdash;kalangan penganut KOS pantang menyebut Nabi Isa as dengan Yesus
seperti lazimnya digunakan penganut Kristen Katholik/Protestan, tetapi lebih
suka menyebutnya dengan al-Masih atau Sayyidina Isa al-Masih; berbicara dengan
menggunakan bahasa Syria. Injil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada tahun 643.
Hingga sekarang, Injil yang digunakan penganut paham Ortodoks Syria, Irak,
Lebanon, dan
Mesir, adalah berbahasa Arab. Memang, antara bahasa Syria dan bahasa Arab terdapat
kemiripan dan persamaannya.
Lahirnya Gereja Syria

Doktrin Gereja Syria
Asas
keimanan Gereja Orthodox Syria dapat diringkas sebagai berikut: Gereja ini
percaya sepenuhnya akan Satu pribadi ganda Tuhan Yesus, dan satu sifat ganda
yang terdiri dari dua sifat: yaitu ilahi dan manusiawi, yang tidak dapat
bercampur, tak dapat dipisahkan dan tak berganti-ganti. Dengan kata lain, dua
sifat (ilahi dan manusiawi) tergabung dalam satu sifat yang tanpa bercampur,
tak terlebur dan tak berubah-ubah, tak berganti dan tak rancu. Batasan ini
berlaku bagi semua sifat keilahian dan kemanusiaanNya. Berdasarkan definisi
ini, keilahianNya menyatu dengan kemanusiaanNya, atau dengan tubuhNya, ketika
Almasih disalibkan tidak pernah keilahianNya meninggalkan tubuhNya. Karena itu,
salah besar dan sangat menyimpang dari iman Kristen yang universal bila orang
mengatakan, “Kristus itu disalibkan tubuhNya saja.” Tetapi, sebaiknya
dikatakan, “Firman Allah yang telah menjelma itu adalah Tuhan Yang Mahamulia
yang telah disalibkan,” namun, kami mengatakan, “Ia telah menderita dan wafat
dalam daging (dalam keadaannya sebagai manusia),” sebab keilahianNya tidak
pernah tersentuh penderitaan dan kematiaan.
Sebagai konsekuensinya, Maria adalah “Ibu dari Dia (Firman Allah yang telah
menjelma) Yang Ilahi,” dan ungkapan “Engkau yang telah disalibkan bagi kami”
adalah benar sebagaimana diucapkan dan diyakini dalam Trisagion, yang
dialami oleh sifat kedua dariNya, yaitu Kristus. Asas iman inilah yang dipegang
teguh oleh Gereja Syria Antiokhia dan Gereja Koptik Aleksandria yang
telah menolak Konsili Kalsedonia dan dokumen Leo
dari Roma (Buku besar yang disebut Surat Paus Leo), karena kami hanya
mengakui dasar-dasar iman yang ditetapkan tiga konsili ekumenikal
di Nicea tahun 325 Masehi, Konsili Konstantinopel tahun 381 Masehi
dan Konsili Efesus 431 Masehi. “Orthodox” berarti “Iman Yang Benar” yang
dikenal oleh umat Syrian, Koptik, Armenia dan Ethiopia. Gereja-gereja itulah yang
disebut sebagai “sister Churches” (Gereja-gereja saudari mereka). Mereka
bersama-sama telah mengalami berbagai penderitaan dan penganiayaan-penganiayaan
yang kejam yang ditujukan kepada mereka oleh Kaisar Byzantium panganut Konsili Kalsedon tersebut.

Liturgi Bahasa Arami
Bahasa yang digunakan oleh Yesus dan Kekristenan mula-mula
adalah bahasa Aramic (Syriac). Orang Yahudi juga telah menulis beberapa bagian
kitab suci dengan bahasa Aram,
seperti dalam gulungan kitab dari Laut Mati. Gulungan kitab itu ditemukan pada
tahun 1974 oleh Yang Mulia Mar Athanasius Yashu Samuel sebagai Uskup di
Yerusalem (sekarang sebagai Uskup untuk Amerika Serikat dan Canada). Para
murid Yesus, pengikut-Nya dan ibadah yang dilakukan memakai bahasa Aram. Sebab
para penginjil yang memberitakan Injil di Anthiokhia yang berasal dari
Yerusalem itu beribadah dalam bahasa Syria (Arami), maka sudah tentu bahasa
Syria (Arami) itu menjadi bahasa Liturgi gereja Anthiokhia, dan gereja ini
memakai liturgi dalam bahasa Syria (Arami) yang disusun oleh Rasul Yakobus,
saudara Tuhan Yesus sekaligus sebagai uskup pertama di Yerusalem. Semua orang
tahu bahwa gereja di Yeruselam menggunakan Liturgi
Rasul Yakobus sampai berakhirnya ketujuh-belas uskup Syria yang
pertama. Namun, ketika para duta dari Konstantinopel mulai merebut kepemimpinan
gereja di Antiokhia, mereka menggantikan Liturgi Rasul Yakobus dengan
Liturgi Basilius dari Kaisarea (379 Masehi) dan Liturgi John
Chrysostom (407 Masehi), yang diterjemahkan dalam bahasa Arami. Tetapi,
Liturgi Rasul Yakobus sendiri tetap ada di gereja Antiokhia. Itu sebabnya maka
Liturgi Syria
(Arami) disebut sebagai Liturgi Antiokhia. Dari Liturgi ini maka dapat dilacak
kembali asal-muasal semua liturgi gereja. Gereja Antiokhia sangat bangga bahwa
Liturgi mereka menggunakan bahasa Syria (Arami), yaitu bahasa yang telah
dikuduskan oleh lidah suci Tuhan kita, dan yang dihormati oleh lidah Maria,
IbuNya dan oleh para rasulNya yang kudus.
Dalam bahasa inilah
Rasul Matius menuliskan Injil, dan dalam bahasa inilah Injil
diwartakan pertama kali di Yudea,
Syria dan
daerah-daerah sekitarnya.
Baktinya bagi Injil
Gereja Syria
menjalankan peranan penting dalam bidang literatur Alkitab. Para
sarjana mereka mengakar dalam lautan misteri Alkitab yang begitu luas dan tak
terungkapkan. Merekalah yang pertama kali menterjemahkan Alkitab ke dalam
bahasa Syria
(Arami), bahasa mereka sendiri. Kemudian, mereka melakukan
pengkajian-pengkajian yang mendalam yang memperkaya perpustakaan-perpustakaan
di Timur dan Barat dengan berjilid-jilid buku pelajaran dan tafsir Alkitab yang
tak terhitung jumlahnya sekalipun malapetaka dan nasib buruk menimpa tanah
kelahiran mereka, sehingga menyebabkan banyak kerugian karena Perang Dunia I,
dan karena pemusnahan ribuan buku manuskrip kitab-kitab suci yang tak ternilai
harganya itu oleh para musuh mereka. Setelah mereka mempelajari Alkitab dalam bahasa
Arami mereka sendiri, maka mereka melakukan usaha-usaha tanpa lelah dengan
menterjemahkan karya-karya tulis mereka itu ke dalam bahasa-bahasa lain. Maka
sekitar tahun 404 Masehi, Malphan Daniel orang Syria
serta Mesroph orang Armenia
itu bekerja sama menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Armenia.
Sarjana bahasa Arami yang berasal dari Arabia dari banu Thayy, Tanukh dan banu
Aqula (Al-Kuufa) menterjemahkan Injil ke dalam bahasa Arab atas perintah
Patriarkh Syria, Mar Yuhanna II, demi memenuhi permintaan Umair Ibnu Saad ibn
Abi Waqqass Al-Anshari, raja di Jaziratul Arabia. Yuhanna bar Yawsef, seorang
imam Syria dari kota Taphliss (selatan Rusia), menterjemahkan Alkitab ke
dalam bahasa Persia
pada tahun 1221 Masehi. Pada dasawarsa pertama di abad ke-19, Raban Philipos
orang Syria dari Malabar, India, telah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa
Malayalam, bahasa yang dipakai di India Selatan. Pada abad lalu, abad ke-20,
Chorepiscopus Mattay Konat orang Syria dari Malabar, telah
menterjemahkan seluruh Perjanjian Baru kecuali kitab Wahyu, ke dalam bahasa
Malabar. Sejumlah besar manuskrip dari warisan gereja ini yang tak ternilai
artinya masih tetap dilestarikan. Manuskrip-manuskrip itu termasuk yang tertua
di dunia, khususnya yang dipindahkan dari perbendaharaan Biara Gereja Syria di
Mesir dan kemudian dibawa ke perpustakaan-perpustakaan Vatican, London, Milan,
Berlin, Paris, Oxford, Cambridge dan perpustakaan-perpustakaan lain. Beberapa
di antara manuskrip-manuskrip itu ditulis pada abad kelima dan keenam Masehi.
Kemudian versi Injil yang tertua adalah manuskrip Injil dalam bahasa Syria (Arami) yang ditulis oleh seorang rahib
dari kota Eddesa (Urhoy atau Urfa), yaitu Ya’qub Al-Urfa, di Urhoy pada
tahun 411 Masehi. Injil dalam bahasa Arami ini masih disimpan di British Museum. Dalam kaitan ini, Abuna Martin
telah menghimpun 55 manuskrip Injil berbahasa Arami yang berasal dari abad
kelima, keenam dan ketujuh Masehi, jumlah yang cukup besar bila dibandingkan
dengan 22 manuskrip Injil dalam bahasa Latin dan hanya 10 buah manuskrip Injil
dalam bahasa Yunani. Gereja Syria Orthodox sangat teguh dalam kecintaan mereka
akan Alkitab sehingga mereka berusaha menuliskan dan menghiasi Alkitab itu
seindah mungkin. Mereka menggunakan huruf kaligrafi Estrangela dan Serta Barat.
Di antara manuskrip terbaik yang terkenal adalah Injil yang ditulis oleh
Patriarkh Rabuula dari Urhoy (Eddesa atau Urfa)
yang diselesaikannya pada tahun 586 Masehi.
Kegiatan Penginjilan
Orang-orang Kristen Syria telah membawa obor Injil pertama
kali ke seluruh daerah Timur. Bangsa-bangsa di Timur telah dibimbing oleh
terang Injil untuk mengenal Kristus, sehingga beribu-ribu orang dari berbagai
bangsa dan negara, yaitu bangsa-bangsa Arab dari berbagai suku, bangsa Persia,
Afghan, India dan China. Mereka telah mengambil bagian dalam mewartakan Injil
kepada bangsa Armenia.
Pada abad keenam, orang-orang Suryani itu telah membawa kepada penggembalaan
Kristus sejumlah besar warga bangsa Ethiopia dan Nubia melalui jerih lelah
Abuna Yulian, dan sejumlah 70 – 80 ribu orang dari Asia Kecil, Qarya, Phrygia,
dan Lydia melalui jerih lelah Mar Yuhanna dari Amed, yaitu uskup termasyhur
dari Efesus. Syria
(Arami) adalah bahasa liturgi dari seluruh gereja Timur selain digunakan
bahasa-bahasa berbagai asal kebangsaan mereka. Gereja Armenian, misalnya,
selain memakai bahasa Syriac (Arami) sehingga karena menggunakan bahasa ini
mereka telah dikucilkan (oleh Gereja-gereja Byzantium), mereka menulis bahasa
Armenia mereka dalam aksara Syria (Arami), sampai akhirnya Meshrope, salah
seorang dari sarjana mereka, bekerja sama dengan Malfan Daniel orang Syria itu,
akhirnya ia menjadi penemu aksara Armenia.
Di Indonesia
dibawa oleh Bambang Noorsena, 34 tahun, menelaah teks Kitab Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Ia juga melakukan perjalanan ke beberapa negara Timur Tengah
pada 1995-1997. "Saya melacak jejak historis Gereja Anthiokia purba yang
dikisahkan dalam Kitab Kisah Para Rasul," katanya kepada Gatra.
Pencariannya tidak sia-sia. Bambang menemukan ajaran sekte Kanisakh Ortodoks yang
berpusat di Anthiokia, Syria.
Dalam ajaran Ortodoks itu Bambang Noorsena menemukan jembatan yang bisa menghubungkan antara Kristen dan Islam yang dipeluk mayoritas pendudukIndonesia. Lalu, warga Malang, Jawa Timur, yang tercatat sebagai jemaat Kristen Jawi Wetan itu berguru khusus kepada Mar Ignatius Zaka al Awwal al Uwais yang berkedudukan sebagai Patriark Anthiokia dan seluruh wilayah Timur. Mar Ignatius dikenal juga sebagai Rais al Aliy (Pemimpin Tertinggi) Gereja Ortodoks Syria."Selama belajar di sana saya menemukan kembali akar kekristenan semitik. Inilah penerus dan pewaris Kristen yang pertama," kata Bambang.
Dalam Kisah Para Rasul disebutkan, sepeninggal Isa, Rasul Petrus bertugas sebagai patriark yang pertama di Anthiokia. Selama tujuh tahun Rasul Petrus menjalani misi sucinya, sebelum bertugas ke Roma. "Sejak saat itu ajaran Kristen mengalami proses Helenisasi, diikuti dengan Westernisasi," ujar Bambang Noorsena menjelaskan.
Dalam ajaran Ortodoks itu Bambang Noorsena menemukan jembatan yang bisa menghubungkan antara Kristen dan Islam yang dipeluk mayoritas pendudukIndonesia. Lalu, warga Malang, Jawa Timur, yang tercatat sebagai jemaat Kristen Jawi Wetan itu berguru khusus kepada Mar Ignatius Zaka al Awwal al Uwais yang berkedudukan sebagai Patriark Anthiokia dan seluruh wilayah Timur. Mar Ignatius dikenal juga sebagai Rais al Aliy (Pemimpin Tertinggi) Gereja Ortodoks Syria."Selama belajar di sana saya menemukan kembali akar kekristenan semitik. Inilah penerus dan pewaris Kristen yang pertama," kata Bambang.
Dalam Kisah Para Rasul disebutkan, sepeninggal Isa, Rasul Petrus bertugas sebagai patriark yang pertama di Anthiokia. Selama tujuh tahun Rasul Petrus menjalani misi sucinya, sebelum bertugas ke Roma. "Sejak saat itu ajaran Kristen mengalami proses Helenisasi, diikuti dengan Westernisasi," ujar Bambang Noorsena menjelaskan.
Kini, pengikut ajaran "baru" itu sudah ratusan
jumlahnya, terutama di kalangan anak muda terpelajar. Mereka tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Malang.
Untuk menghimpun jamaah, Bambang Noorsena membentuk Yayasan Kanisah Ortodoks Syria,
September tahun lalu. Peresmiannya diselenggarakan di Hotel Milenium di
Jakarta, akhir tahun lalu. Barnabas Suebu (mantan Gubernur Irian Jaya) duduk
sebagai ketua umum yayasan. Sedangkan Dr. Anton Lesiangi (tokoh teras di
Kosgoro) sebagai sekretaris umum. Mereka memang masih belum mempunyai gereja
sendiri, karena masih menunggu sang imam yang bakal ditasbihkan di Syria.
Meskipun demikian, sejauh ini yayasan tersebut belum tercatat dalam komunitas Kristen di Indonesia. Hal itu dikemukakan oleh Jan Kawatu, Direktur Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Protestan, Departemen Agama, kepada Gatra.
Selama ini, menurut Jan, untuk mengontrol lahirnya yayasan dari aliran-aliran keagamaan di lingkungan Kristen Protestan, pihaknya telah mengeluarkan surat edaran yang disampaikan kepada para notaris, agar mereka tidak mengesahkan berdirinya sebuah yayasan atau lembaga kristen sebelum mendapat izin resmi dari Direktur Bimas Kristen. "Izin itu kan perlu untuk mengetahui siapa mereka, apa tujuannya, dan macam apa alirannya," kata Jan. Selain itu, menurut Jan, Bimas Kristen Protestan sudah menutup pintu bagi aliran baru. "Tidak ada lagi izin bagi aliran baru," kata Jan menegaskan.
Berbeda dengan Jan, kehadiran aliran Kanisakh Ortodoks Syiria ini dapat diterima oleh cendekiawan muslim seperti Dr. Jalaluddin Rakhmat dan Dr. Nurcholis Madjid. "Kita harus menaruh hormat dan menghargai perbedaan," kata Kang Jalal -sapaan akrab Jalaluddin Rakhmat- pada Taufik Abriansyah dari Gatra. Menurut Kang Jalal, dia tidak kaget kalau dalam tata cara peribadatan mereka banyak yang sama dengan ajaran Islam. Sebab, menurut Kang Jalal, pada zaman dulu pun orang-orang Islam di Yordania, Syria, dan Lebanon hidup berdampingan dengan orang-orang Kristen yang disebut Kristen Moronit. Mereka melakukan tata cara peribadatan hampir mirip dengan cara beribadah orang Islam.
"Agama Nasrani itu makin klasik makin banyak kemiripan dengan Islam," kata Cak Nur -sapaan akrab Dr. Nurcholis Madjid- kepada Mauluddin Anwar dari Gatra. "Kalau sekarang ada yang mirip, ya tidak aneh," ujar Cak Nur. Menurut Cak Nur, aliran Kanisakh Ortodoks Syiria itu justru lebih murni ketimbang Kristen yang berkembang di Barat. "Kalau kita gunakan literatur yang lebih awal, sebetulnya Kristen yang paling asli ya aliran mereka itu," kata Cak Nur kepada Gatra. Agaknya kita memang perlu arif sesuai dengan semangat toleransi antarumat beragama.
Pemimpin tertinggi KOS adalah Patriakh, yang sekarang dipegang oleh Patriakh Mar Ignatius Zakka I Iwas di Suriah. Berdasarkan Konstitusi 1991, KOS terdiri atas 20 keuskupan yang tersebar di seluruh dunia. Di bawah uskup ada abuna (pemimpin). KOS di Indonesia belum sampai ke tingkat abuna, karena belum mempunyai gereja. Yang ada, kata Bambang, baru sebatas Syekhul Injil (penginjil). Itu sebabnya, untuk menjadi penganut KOS di Indonesia terlebih dulu dilakukan proses pembaptisan oleh Abuna Abraham Oo Men di Singapura.
Meskipun demikian, sejauh ini yayasan tersebut belum tercatat dalam komunitas Kristen di Indonesia. Hal itu dikemukakan oleh Jan Kawatu, Direktur Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Protestan, Departemen Agama, kepada Gatra.
Selama ini, menurut Jan, untuk mengontrol lahirnya yayasan dari aliran-aliran keagamaan di lingkungan Kristen Protestan, pihaknya telah mengeluarkan surat edaran yang disampaikan kepada para notaris, agar mereka tidak mengesahkan berdirinya sebuah yayasan atau lembaga kristen sebelum mendapat izin resmi dari Direktur Bimas Kristen. "Izin itu kan perlu untuk mengetahui siapa mereka, apa tujuannya, dan macam apa alirannya," kata Jan. Selain itu, menurut Jan, Bimas Kristen Protestan sudah menutup pintu bagi aliran baru. "Tidak ada lagi izin bagi aliran baru," kata Jan menegaskan.
Berbeda dengan Jan, kehadiran aliran Kanisakh Ortodoks Syiria ini dapat diterima oleh cendekiawan muslim seperti Dr. Jalaluddin Rakhmat dan Dr. Nurcholis Madjid. "Kita harus menaruh hormat dan menghargai perbedaan," kata Kang Jalal -sapaan akrab Jalaluddin Rakhmat- pada Taufik Abriansyah dari Gatra. Menurut Kang Jalal, dia tidak kaget kalau dalam tata cara peribadatan mereka banyak yang sama dengan ajaran Islam. Sebab, menurut Kang Jalal, pada zaman dulu pun orang-orang Islam di Yordania, Syria, dan Lebanon hidup berdampingan dengan orang-orang Kristen yang disebut Kristen Moronit. Mereka melakukan tata cara peribadatan hampir mirip dengan cara beribadah orang Islam.
"Agama Nasrani itu makin klasik makin banyak kemiripan dengan Islam," kata Cak Nur -sapaan akrab Dr. Nurcholis Madjid- kepada Mauluddin Anwar dari Gatra. "Kalau sekarang ada yang mirip, ya tidak aneh," ujar Cak Nur. Menurut Cak Nur, aliran Kanisakh Ortodoks Syiria itu justru lebih murni ketimbang Kristen yang berkembang di Barat. "Kalau kita gunakan literatur yang lebih awal, sebetulnya Kristen yang paling asli ya aliran mereka itu," kata Cak Nur kepada Gatra. Agaknya kita memang perlu arif sesuai dengan semangat toleransi antarumat beragama.
Pemimpin tertinggi KOS adalah Patriakh, yang sekarang dipegang oleh Patriakh Mar Ignatius Zakka I Iwas di Suriah. Berdasarkan Konstitusi 1991, KOS terdiri atas 20 keuskupan yang tersebar di seluruh dunia. Di bawah uskup ada abuna (pemimpin). KOS di Indonesia belum sampai ke tingkat abuna, karena belum mempunyai gereja. Yang ada, kata Bambang, baru sebatas Syekhul Injil (penginjil). Itu sebabnya, untuk menjadi penganut KOS di Indonesia terlebih dulu dilakukan proses pembaptisan oleh Abuna Abraham Oo Men di Singapura.
Ibadahnya KOS Mirip Islam
Bila kaum Muslimin diwajibkan shalat 5 kali sehari, penganut
KOS lebih banyak lagi, 7 (tujuh) kali sehari setiap 3 (tiga) jam masing-masing
2 (dua) rakaat, mereka menyebutnya:
- Sa’atul awwal (shubuh),
- Sa’atuts tsalis (dhuha),
- Sa’atus sadis (Zhuhur),
- Sa’atut tis’ah (ashar),
- Sa’atul ghurub (maghrib),
- Sa’atun naum (Isya’),
- Sa’atul layl (tengah malam/tahajud).
Istilah-istilah dalam bahasa Arab
tersebut dimaklumi karena jamaah ini memang awalnya berasal dari Syria yang
notabene berbahasa Arab. Berikut timeline perjalanan komunitas Kristen Orthodox
Syria:

Bahkan bila kita jeli melihat foto-foto
tersebut, maka ada kemiripan lainnya yang juga akan kita temukan di antaranya:
para wanitanya berkerudung dan berdoa dengan dua tangan terbuka ke atas. Begitu
pula bila kita lihat foto-foto komunitas jamaah ini di Surabaya
dan Jakarta,
akan terlihat kaum lelakinya berkopiah juga:
Hal yang sama juga pada praktik puasa. Puasa wajib bagi pemeluk Islam dilakukan selama sebulan dalam setahun, dikenal dengan Shaumu Ramadhan. Sedang pada KOS disebut Shaumil Kabir (puasa 40 hari berturut-turut) yang dilakukan sekitar bulan April.
Jika dalam Islam ada puasa sunah Senin-Kamis, pada KOS dilakukan pada Rabu-Jum'at, dalam rangka mengenang kesengsaraan Kristus. Selain shalat dan puasa, jamaah KOS juga mengenal ajaran zakat. Zakat, dalam ajaran KOS, adalah sepersepuluh dari pendapatan bruto. Untuk informasi lebih lanjut jamaah KOS ini silahkan kunjungi situs resminya di Institute For Syriac Christian Studies (ISCS).
Hal yang sama juga pada praktik puasa. Puasa wajib bagi pemeluk Islam dilakukan selama sebulan dalam setahun, dikenal dengan Shaumu Ramadhan. Sedang pada KOS disebut Shaumil Kabir (puasa 40 hari berturut-turut) yang dilakukan sekitar bulan April.
Jika dalam Islam ada puasa sunah Senin-Kamis, pada KOS dilakukan pada Rabu-Jum'at, dalam rangka mengenang kesengsaraan Kristus. Selain shalat dan puasa, jamaah KOS juga mengenal ajaran zakat. Zakat, dalam ajaran KOS, adalah sepersepuluh dari pendapatan bruto. Untuk informasi lebih lanjut jamaah KOS ini silahkan kunjungi situs resminya di Institute For Syriac Christian Studies (ISCS).
Dan Ibrahim telah
mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim
berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". [Q.S.
al-Baqarah 2:132]
Yang
menarik, dalam menjalankan ibadah ritualnya, Ortodoks Syria ini
menjalankan salat tujuh waktu dalam sehari semalam, dengan menggunakan bahasa
Arab. Mereka juga membaca Kitab Injil -dalam bahasa Arab- mirip orang Islam
Sedang mengaji Al-Quran.
Saat Maghrib telah tiba. Belasan orang di Hotel Sahid
Surabaya itu bergegas shalat. Semuanya berkopiah dan dipimpin seorang imam.
Jangan keliru, mereka bukan kaum Muslimin yang sedang menunaikan kewajiban
shalat Mahgrib. Mereka adalah jamaah Kanisah Ortodok Syiria (KOS), sebuah sekte
dalam agama Kristen.
Bisa jadi, orang awam akan terkecoh. Sebab, sekte ini memang
sangat mirip Islam. Bukan saja asalnya serumpun, Timur Tengah, tapi juga ritual
dan tatacara peribadatannya nyaris sama .
Tengoklah saat mereka shalat. Selain berkopiah dan dipimpin
seorang imam, bila berjamaah, juga memakai bahasa Arab. Rukun shalatnya pun
nyaris sama.
- Adapun tata cara salatnya dimulai dengan posisi berdiri yang dipimpin oleh seorang imam berpakaian jubah warna hitam. Imam meletakkan kedua tangan di dada, membuat tanda salib, lalu mengucapkan lafaz dalam bahasa Arab: Bismil Abi wal Ibni wa Ruhil Quddus Ilahu Wahid (Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, Allah Yang Maha Esa). Jamaah menyambutnya: Amin.
- Imam melanjutkan berdoa dengan mengangkat kedua tangan dan disahuti oleh jamaah.
- Setelah membuat tanda salib berikutnya, imam membungkukkan badan seperti posisi ruku, dan mengucapkan: Quddusun Anta, ya Allah (Kuduslah Engkau, ya Allah). Jamaah menyahut dengan menyucikan nama Allah Yang Mahakuasa, Yang Tak Berkematian. Jamaah memohon kasih sayang Allah yang telah disalibkan sebagai ganti umat manusia.
- Imam berdiri tegak dan menadahkan tangan lagi.
- Lalu imam bersujud, dan diikuti seluruh jamaah. Ketika bangun dari sujud, imam membaca Subhanaka Allahumma (Mahasuci Engkau, ya Allah), jamaah menyahut bersamaan. Sambil menadahkan tangan, imam dan jamaah membaca Doa Rabbaniyah (Doa Bapa Kami versi bahasa Arab).
- Selanjutnya dibaca Salam Walidatullah (atawa Salam Maria).
- Imam kemudian membaca petikan Zabur (alias Mazmur dalam bahasa Aramaik), dan salat pun berakhir.
Selain shalat, KOS juga
memiliki pokok-pokok syari’at yang mirip dengan Islam, seperti:
1. KOS berpuasa 40 hari yang disebut shaumil kabir yang
mirip puasa ramadhan
- KOS memiliki puasa sunnah di hari Rabu dan Jum’at yang mirip dengan Puasa Sunnah senin dan kamis
- KOS mewajibkan jama’ahnya berzakat 10% dari penghasilan kotor (bruto)
- Kalangan perempuan KOS juga diwajibkan mengenakan Jilbab & jubah yang menutup aurat hingga mata kaki
- Pengajian KOS juga menggunakan tikar/karpet (lesehan), layaknya umat Islam mengadakan pengajian
- Mengadakan acara Musabaqoh Tilawatil Injil dengan menggunakan Alkitab berbahasa Arab
- Mengadakan acara rawi dan shalawatan ala KOS mirip apa yang dilakukan oleh sebagian kaum muslim
- Mengadakan acara Nasyid, bahkan sekarang sudah ada Nasyid “Amin Albarokah“ & Qasidah Kristen (dengan lirik yang mengandung ajaran Kristen berbahasa Arab)
Meskipun ajaran KOS dg ajaran Islam sangat mirip dalam pelaksanaannya, akan
tetapi KOS dan Islam sangat jauh berbeda dari
segi Tauhid atau keyakinan. Prinsip ajaran KOS
masih berputar sekitar masalah trinitas, yaitu mengakui adanya Tuhan bapak,
Tuhan anak dan Ruh kudus. Dan juga Yesus peranakan Maria, memiliki sifat
insaniyah (sifat seperti manusia): tidak tahu musim, (Mar 11: 13), lemah (Yoh
5:30), takut (Mat 26:37), bersedih (Mat 26:38), menangis (Yoh 11:35), tidur
(Mat 8:24), lapar (Mat 4:2), haus (Yoh 19:28),dsb.
Shalat
7 Waktu (kitabus sab'us-shalawat)
Barang kali agak asing rupanya, jika orang Kristen berbicara
tentang salat. Karena kata Salat atau Sembahyang itu sendiri jarang
disinggung-sentuh oleh orang Kristen. Padahal jauh sebelum saudara kita kaum
Muslim menggunakan kata ini, orang Kristen Orthodox telah menggunakan kata
“Salat” saat menunaikan ibadah. Kata “Salat” itu sendiri dalam bahasa Arab,
berasal dari kata tselota dalam bahasa Aram (Suriah) yaitu bahasa yang
digunakan oleh Tuhan Yesus sewaktu hidup di dunia. Dan bagi umat Kristen Ortodoks Arab yaitu umat
Kristen Ortodoks yang
berada di Mesir,Palestina, Yordania, Libanon
dan daerah Timur-Tengah lainnya menggunakan kata Tselota tadi dalam bentuk
bahasa Arab Salat, sehingga doa “Bapa kami” oleh umat Kristen Ortodoks Arab disebut sebagai
Sholattul Rabbaniyah.
Dengan demikian “Salat” itu awalnya bukanlah datang dari umat Islam atau meminjam istilah Islam. Jauh sebelum agama Islam muncul, istilah Salat untuk menunaikan ibadah telah digunakan oleh umat Kristen Ortodoks Timur, tentu saja dalam penghayatan yang berbeda.Salat masih dilakukan di gereja-gereja Arab, kalau di Gereja Katolik namanya Brevir atau De Liturgia Horanum. Hampir seluruh Gereja-gereja di Timur masih melaksanakan Salat Tujuh Waktu (As-Sab’u ash-Shalawat). Dalam gereja-gereja Ortodoks jam-jam salat (Arami: ‘iddana tselota; Arab: sa’atush salat) ini masih dipertahankan tanpa putus sebagai doa-doa baik kaum imam (klerus) maupun untuk umat (awam).
Dengan demikian “Salat” itu awalnya bukanlah datang dari umat Islam atau meminjam istilah Islam. Jauh sebelum agama Islam muncul, istilah Salat untuk menunaikan ibadah telah digunakan oleh umat Kristen Ortodoks Timur, tentu saja dalam penghayatan yang berbeda.Salat masih dilakukan di gereja-gereja Arab, kalau di Gereja Katolik namanya Brevir atau De Liturgia Horanum. Hampir seluruh Gereja-gereja di Timur masih melaksanakan Salat Tujuh Waktu (As-Sab’u ash-Shalawat). Dalam gereja-gereja Ortodoks jam-jam salat (Arami: ‘iddana tselota; Arab: sa’atush salat) ini masih dipertahankan tanpa putus sebagai doa-doa baik kaum imam (klerus) maupun untuk umat (awam).
Kiblat Mereka
Alkitab mencatat kebiasaan nabi Daniel berkiblat "ke
arah Yerusalem, tiga kali sehari ia berlutut dengan kakinya (ruku’) mengerjakan
salat" (Dan 6:11, dalam bahasa Aram: "negel Yerusyalem, we
zimnin talatah be Yoma hu barek ‘al birkohi ume Tsela" ).
Seluruh umat Yahudi sampai sekarang berdoa dengan menghadap ke Baitul Maqdis (Ibrani: Beyt ham-Miqdash), di kota suci Yerusalem. Sinagoga-sinagoga Yahudi di luar Tanah Suci mempunyai arah kiblat (Ibrani: Mizrah) ke Yerusalem. Kebiasaan ini diikuti oleh umat Kristen mula-mula, tetapi mulai berkembang beberapa saat setelah tentara Romawi menghancurkan Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 M.
Seluruh umat Yahudi sampai sekarang berdoa dengan menghadap ke Baitul Maqdis (Ibrani: Beyt ham-Miqdash), di kota suci Yerusalem. Sinagoga-sinagoga Yahudi di luar Tanah Suci mempunyai arah kiblat (Ibrani: Mizrah) ke Yerusalem. Kebiasaan ini diikuti oleh umat Kristen mula-mula, tetapi mulai berkembang beberapa saat setelah tentara Romawi menghancurkan Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 M.
Kehancuran Bait Allah membuat arah kiblat salat Kristen
menjadi ke arah Timur, berdasarkan Yoh 4:21, Kej 2:8, Yeh 43:2 dan Yeh 44:1.
Kiblat ibadah ke arah Timur ini masih dilestarikan di seluruh gereja Timur,
baik gereja-gereja Orthodoks yang berhaluan Kalsedonia (Yunani), gereja-gereja
Orthodoks non-Kalsedonia (Qibtiy/Coptic dan Suriah), maupun minoritas
gereja-gerejaNestoria yang masih bertahan di Irak.
Kitab Ortodoks Syria yang
Menyesatkan Ummat

Jika tidak paham, peristiwa ini bisa-bisa mengecoh umat Islam semua. Apalagi selain menggunakan bahasa-bahasa mirip Al-Quran, kalangan Kanisakh Ortodok Syiria juga menggunakan simbol-simbol mirip Islam. Seperti jilbab dll.
Kembali ke buku tadi,
isi buku setebal 120 halaman tersebut adalah tafsir ringkas (refleksi) tentang
“Doa Dapa Kami” yang dikutip dari Injil Matius 6: 9-13.
Selain buku mirip bahasa khas Islam tersebut, Yayasan Misi Orthodoxia yang diketuai oleh Pendeta Yusuf Roni juga menerbitkan buku panduan shalat kristen yang berjudul ”Kitabus Sab’us-Shalawat” (shalat 7 waktu).
Melalui surat ini, kami menghimbau saudara-saudara Muslim agar tidak terkecoh dengan symbol-simbol surban, baju ala nabi, jenggotnya panjang, celana cingkrang, wanita berjilbab, sebab bisa jadi itu adalah pengikut Kristen Ortodox Syiria.
Meski pakaian mereka mirik kaum Muslim, satu hal yang pasti berbeda, ajaran mereka anti syariat Islam (hukum Allah Subhanahu Wata’ala).
Karenanya, jangan kaget bila suatu hari Anda menemukan orang yang shalat, berjilbab atau berbaju koko layaknya Muslim ( dengan peci atau seolah-olah doanya berbahasa Arab atau seolah ada gambar kaligrafi Arab), itulah sekte Kristen Ortodox Syiria (KOS).
Cara Ampuh Memurtadkan Ummat Muslim
Selain buku mirip bahasa khas Islam tersebut, Yayasan Misi Orthodoxia yang diketuai oleh Pendeta Yusuf Roni juga menerbitkan buku panduan shalat kristen yang berjudul ”Kitabus Sab’us-Shalawat” (shalat 7 waktu).
Melalui surat ini, kami menghimbau saudara-saudara Muslim agar tidak terkecoh dengan symbol-simbol surban, baju ala nabi, jenggotnya panjang, celana cingkrang, wanita berjilbab, sebab bisa jadi itu adalah pengikut Kristen Ortodox Syiria.
Meski pakaian mereka mirik kaum Muslim, satu hal yang pasti berbeda, ajaran mereka anti syariat Islam (hukum Allah Subhanahu Wata’ala).
Karenanya, jangan kaget bila suatu hari Anda menemukan orang yang shalat, berjilbab atau berbaju koko layaknya Muslim ( dengan peci atau seolah-olah doanya berbahasa Arab atau seolah ada gambar kaligrafi Arab), itulah sekte Kristen Ortodox Syiria (KOS).
Cara Ampuh Memurtadkan Ummat Muslim
Umat Islam di Lereng Merapi kembali diterpa cobaan. Debu
panas wedhus gembel boleh sirna, namun bayangan pemurtadan justru tengah berada
di depan mata mereka. Gereja Ortodoks Syria sedang aktif melancarkan misi
dan berada di balik ini semua.
Itulah paparan singkat dari Muhammad Harsono, seorang kristolog senior dalam Diskusi Bulanan Kajian Zionisme Internasional, di bilangan Jakarta Selatan, minggu kemarin, 26/3/2011. Ustadz yang gencar menghadang bahaya Kristenisasi ini menuturkan pengalamannya selama berdakwah di lereng Merapi, sebelum dan setelah bencana.
“Uniform mereka seperti kita. Yang laki-laki pakai baju koko dan kopiah, yang wanitanya berjilbab, sambil membawa bible berbahasa Arab,” tuturnya.
Dari fakta di lapangan, Kristen Ortodoks Syria pun membonceng sejumlah nama artis popular di Indonesia. Tak hanya itu, mereka menganggap shalat umat muslim saat ini belum sempurna.
“Anda jangan kaget jika penginjilnya sejumlah selebriti. Dari laporan para warga di Lereng Merapi, RM dan BS, mereka mengganggap shalat kita kurang, kalau kita lima kali sehari, mereka tujuh. Jadi dhuha dan shalat lail dijadikan wajib oleh mereka. Jadi sepertinya mereka lebih alim dari kita.” Lanjut ustadz Muhammad Harsono meyakinkan.
Ajaran Kristen Ortodoks Syria memang berkembang luas di Indonesia. Yang menarik, dalam menjalankan ibadah ritualnya, mereka juga shalat dengan menggunakan bahasa Arab. Mereka juga membaca Kitab Injil dalam bahasa Arab mirip orang Islam sedang tilawah Al Qur’an.
”Ini ibaratnya sebagai serangan yang harus kita cari solusinya. Jadi kita jangan perihatin saja. Di Merapi ternyata terjadi kuat ghazwul fikri. Mereka tersebar di mana-mana.
Gerakan-gerakan mereka harusnya membuat umat Islam bangun. Dengan kejadian ini, kita bismillah carikan solusinya yang terbaik untuk umat ini. Insya Allah ini ujian dari Allah,” pesannya ketika dihubungi eramuslim.com.
Berkaca atas fenomena ini, umat muslim ditantang untuk bekerja keras menyelamatkan akidah saudara muslim di Lereng Merapi. Bencana adalah target empuk kaum Kristen Ortodoks Syria melebarkan sayapnya. Ini belum dihitung sekte Kristen lainnya yang tersebar jika bencana datang.(fq/pz)
Itulah paparan singkat dari Muhammad Harsono, seorang kristolog senior dalam Diskusi Bulanan Kajian Zionisme Internasional, di bilangan Jakarta Selatan, minggu kemarin, 26/3/2011. Ustadz yang gencar menghadang bahaya Kristenisasi ini menuturkan pengalamannya selama berdakwah di lereng Merapi, sebelum dan setelah bencana.
“Uniform mereka seperti kita. Yang laki-laki pakai baju koko dan kopiah, yang wanitanya berjilbab, sambil membawa bible berbahasa Arab,” tuturnya.
Dari fakta di lapangan, Kristen Ortodoks Syria pun membonceng sejumlah nama artis popular di Indonesia. Tak hanya itu, mereka menganggap shalat umat muslim saat ini belum sempurna.
“Anda jangan kaget jika penginjilnya sejumlah selebriti. Dari laporan para warga di Lereng Merapi, RM dan BS, mereka mengganggap shalat kita kurang, kalau kita lima kali sehari, mereka tujuh. Jadi dhuha dan shalat lail dijadikan wajib oleh mereka. Jadi sepertinya mereka lebih alim dari kita.” Lanjut ustadz Muhammad Harsono meyakinkan.
Ajaran Kristen Ortodoks Syria memang berkembang luas di Indonesia. Yang menarik, dalam menjalankan ibadah ritualnya, mereka juga shalat dengan menggunakan bahasa Arab. Mereka juga membaca Kitab Injil dalam bahasa Arab mirip orang Islam sedang tilawah Al Qur’an.
”Ini ibaratnya sebagai serangan yang harus kita cari solusinya. Jadi kita jangan perihatin saja. Di Merapi ternyata terjadi kuat ghazwul fikri. Mereka tersebar di mana-mana.
Gerakan-gerakan mereka harusnya membuat umat Islam bangun. Dengan kejadian ini, kita bismillah carikan solusinya yang terbaik untuk umat ini. Insya Allah ini ujian dari Allah,” pesannya ketika dihubungi eramuslim.com.
Berkaca atas fenomena ini, umat muslim ditantang untuk bekerja keras menyelamatkan akidah saudara muslim di Lereng Merapi. Bencana adalah target empuk kaum Kristen Ortodoks Syria melebarkan sayapnya. Ini belum dihitung sekte Kristen lainnya yang tersebar jika bencana datang.(fq/pz)
Sumber: Eramuslim.com, Senin, 28/03/2011 08:53 WIB
KOS di Mata Pengikutnya
Henney Sumali (37)
Alumni Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya [1988] ini Ketua KOS Surabaya. pria dibesarkan dari lingkungan keluarga Kristen Protestan ini mengaku, tertarik dengan KOS baru setahun lalu [1998]. Berikut kisahnya:
“Sejak kecil saya hidup dalam keluarga penganut Kristen-Protestan yang taat. Namun, saya masih ingin mengembarakan naluri beragama saya itu. Hanya satu yang saya tuju, mencari kepastian dalam menuju keselamatan hidup dunia-akhirat. Bertahun-tahun lamanya, tapi belum juga ditemukan kecocokan. Hingga kuliah, belum juga ketemu.
Pada suatu ketika dalam suatu pertemuan di Surabaya, tepatnya Mei 1998, saya bertemu dengan Mas Bambang Noorsena. Dari perbincangan dengan Mas Bambang itu, kemudian berlanjut dengan saya datang ke rumahnya, di kawasan Jalan Supriadi di Malang. Dari situlah terjadi dialog teologi. Mas Bambang banyak cerita tentang Kanisah Ortodoks Syria (KOS) dan pengalaman spiritualnya sebelum (Bambang sebelumnya penganut Kristen-Protestan) dan sesudah mempelajari KOS di Timur Tengah.
Dari situ, saya menjadi tertarik. Karena menurut saya, sekalipun Kristen-Protestan yang selama ini saya peluk merupakan rumpun agama samawi, namun belum saya temukan kepastian iman. Tapi, di KOS saya seakan menjadi terbuka dan menemukan ikhwal kepastian dalam menuju kehidupan dunia akhirat. Saya juga menemukan hakikat iman yang selama ini saya cari. Bahwa Isa al-Masih &emdash;yang menurut pemeluk Kristen-Protestan disebut Yesus adalah anak Tuhan&emdash; dihadirkan ke dunia, menurut KOS dipahami sebagai Nuzul Tuhan (penyampai firman Tuhan). Tuhan itu Esa. Tidak sama atau tidak bisa disamakan dengan makhluk. Karena kalau Tuhan sama dengan makhluk. Berarti bisa fana (binasa). Saya memahami Isa al-Masih itu, tidak berbeda halnya dengan Nabi Muhammad dalam Islam. Muhammad dihadirkan ke dunia sebagai penyampai firman Tuhan.
Saya tidak beragama Islam. Tapi, saya menemukan "islam" dalam KOS. Bahwa, apa yang saya yakini dan lakukan sehari-hari sebetulnya sudah inheren dengan "islam" (KOS memakai nama islam dengan huruf "i" kecil, sebab kalau "I" besar itu identik dengan "Dienul Islam" yang dibawa Nabi Muhammad saw). Karena hakikat "islam," dalam KOS, artinya: berserah diri pada Allah. Jadi, apa yang saya jalani ini tidak lepas dari tuntutan.”
KOS di Mata Pengikutnya
Henney Sumali (37)
Alumni Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya [1988] ini Ketua KOS Surabaya. pria dibesarkan dari lingkungan keluarga Kristen Protestan ini mengaku, tertarik dengan KOS baru setahun lalu [1998]. Berikut kisahnya:
“Sejak kecil saya hidup dalam keluarga penganut Kristen-Protestan yang taat. Namun, saya masih ingin mengembarakan naluri beragama saya itu. Hanya satu yang saya tuju, mencari kepastian dalam menuju keselamatan hidup dunia-akhirat. Bertahun-tahun lamanya, tapi belum juga ditemukan kecocokan. Hingga kuliah, belum juga ketemu.
Pada suatu ketika dalam suatu pertemuan di Surabaya, tepatnya Mei 1998, saya bertemu dengan Mas Bambang Noorsena. Dari perbincangan dengan Mas Bambang itu, kemudian berlanjut dengan saya datang ke rumahnya, di kawasan Jalan Supriadi di Malang. Dari situlah terjadi dialog teologi. Mas Bambang banyak cerita tentang Kanisah Ortodoks Syria (KOS) dan pengalaman spiritualnya sebelum (Bambang sebelumnya penganut Kristen-Protestan) dan sesudah mempelajari KOS di Timur Tengah.
Dari situ, saya menjadi tertarik. Karena menurut saya, sekalipun Kristen-Protestan yang selama ini saya peluk merupakan rumpun agama samawi, namun belum saya temukan kepastian iman. Tapi, di KOS saya seakan menjadi terbuka dan menemukan ikhwal kepastian dalam menuju kehidupan dunia akhirat. Saya juga menemukan hakikat iman yang selama ini saya cari. Bahwa Isa al-Masih &emdash;yang menurut pemeluk Kristen-Protestan disebut Yesus adalah anak Tuhan&emdash; dihadirkan ke dunia, menurut KOS dipahami sebagai Nuzul Tuhan (penyampai firman Tuhan). Tuhan itu Esa. Tidak sama atau tidak bisa disamakan dengan makhluk. Karena kalau Tuhan sama dengan makhluk. Berarti bisa fana (binasa). Saya memahami Isa al-Masih itu, tidak berbeda halnya dengan Nabi Muhammad dalam Islam. Muhammad dihadirkan ke dunia sebagai penyampai firman Tuhan.
Saya tidak beragama Islam. Tapi, saya menemukan "islam" dalam KOS. Bahwa, apa yang saya yakini dan lakukan sehari-hari sebetulnya sudah inheren dengan "islam" (KOS memakai nama islam dengan huruf "i" kecil, sebab kalau "I" besar itu identik dengan "Dienul Islam" yang dibawa Nabi Muhammad saw). Karena hakikat "islam," dalam KOS, artinya: berserah diri pada Allah. Jadi, apa yang saya jalani ini tidak lepas dari tuntutan.”
Foto Tentang KOS
Video Tentang KOS
Sumber:
http://at-thaifahmanshurah.blogspot.com/2012/06/kristen-mirip-islam-hati-hati-kristen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar